Senin, 24 Oktober 2016

Program #OneDayNoRice

Dukung Program Diversifikasi Pangan? Siapa takut!

   Jadi pada kesempatan ini sayan akan membahas tentang Diversifikasi pangan yang merupakan lanjutan dari pembahasan sebelumnya yaiitu ketahanan pangan Indonesiajadi sebenernya apa sih diversifikasi pangan itu sendiri adalah sebuah program yang mendorong masyarakat untuk memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsinya sehingga tidak terfokus pada satu jenis. Di Indonesia, diversifikasi pangan dimaksudkan untuk memvariasikan konsumsi masyarakat Indonesia agar tidak terfokus pada nasi, kita tahu kalau negara kita ini memiliki berbagai macam sumber pangan hayati yang sangat beranekaragam, tetapi kita menghadapi masalah untuk merubah mindset kita sendiri.


Setuju dengan statement itu? "Kalau belum makan nasi belum makan" ya itu dia the main problem yang kita hadapi sekarang ini. Banyak sekali program-program pemerintah untuk mendukung program diversifikasi pangan di Indonesia salah satunya dengan beredar luasnya program pemerintah kota bandung dalam program #OneDayNoRIce merupakan program dalam mensosialisasikan diversifikasi pangan di kota Bandung, Program ini di usung oleh pemerintah kota Depok tetapi sudah menyebar ke berbagai kota di pulau Jawa. Pada setiap hari Senin warga kota Bandung di hibau untuk memakan makanan selain nasi sebagai pengganti karbohidrat dengan memanfaatkan berbagai sumber pangan hayati yang di produksi dikota Bandung sendiri seperti berbagai macam  umbi-umbian ( Singkong, ubi jalar). Ayo kita simak video tentang program #OneDayNoRiceoleh pemerintah kota Bandung di bawah ini.


Bagaimana tanggapanmu tentang gerakan #OneDayNoRice ini?
Pada tahun 2014 Badan Pusat Statistik Indonesia menyipulkan bahwa konsumsi beras pada tahun 2014 mencapai 1626 Kg per kapita, wah lumayan tinggi ya konsumsi beras di Indonesia hal ini dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia, padahal konsumsi bahan pangan hayati selain beras di Indonesia mengalami penurunan,  Apakah kalian tahu saat zaman penjajahan belanda mayoritas rakyat Indonesia mengonsumsi Umbi-umbian jadi, Anak Indonesia ayo dukung program #OneDayNoRice kita bisa membuat variasi sendiri loh dari bahan pangan hayati selain beras seperti singkong dan lain-lain untuk mendukung program diversifikasi di Indonesia.



Pernah liat produk itu? Ada yang tau beras analog itu apa?
Beras non-padi, disebut juga beras analog, adalah beras yang dibuat dari bahan selain padi, namun dapat ditanak menjadi nasi. Beras ini merupakan salah satu inovasi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor dan dapat dibuat dari berbagai macam karbohidrat, seperti jagung, sorghum, dan umbi-umbian. Beras ini memiliki kepadatan nutrisi yang lebih baik dibandingkan beras biasa karena campuran bahan yang dapat disesuaikan untuk optimalisasi nutrisi yang diinginkan konsumen. Beras memiliki kandungan zat besi yang rendah, namun shorgum memiliki kandungan zat besi yang tinggi sehingga beras non-padi dengan bahan utama sorghum sangat baik untuk wanita yang membutuhkan zat besi. Jadi adanya beras analog ini merupakan  inovasi untuk  mendorong oleh urgensi diversifikasi demi ketahanan pangan nasional dengan memperluas konsumsi makanan pokok non-beras. Data Kementerian Perdagangan mencatat konsumsi beras Indonesia mencapai 140 kg per orang/tahun. Angka itu jauh negara-negara lain di Asia seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang hanya berkisar sebanyak 65-70 kg beras per orang/tahun. Masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa makan nasi tidak mudah berpindah dari makanan pokok selain nasi, sehingga inovasi ini tercipta terutama untuk kalangan masyarakat tersebut. Penerapan beras non-padi juga diharapkan dapat menekan impor beras.
Dengan adanya program #OneDayNoRice menurut Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail menyatakan bahwa dengan mengurangi konsumsi beras padi sehari sekali dan mengonsumsi beras jagung, tapioka, ubi kayu, dan pisang dua kali dalam sehari maka akan menghemat beras padi 22 juta ton dan anggaran pemerintah sebanyak Rp 161 trilyun setiap tahunnya. Program ini juga bermanfaat untuk menjaga harga beras tetap stabil. Diversifikasi pangan menjadikan manusia lebih sehat. Selain itu, diversifikasi pangan mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan tumbuhnya UKM yang mengolah bahan pangan non-beras dan meluasnya lahan pertanian yang menanam tanaman pangan non beras. Diversifikasi pangan juga penting demi mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Jika satu hari saja masyarakat Indonesia tidak makan beras, maka akan ada penghematan 35,4 trilyun rupiah. Jika Indonesia tidak mengimpor beras alias tidak bergantung kepada negara lain, maka Indonesia akan menjadi negara berdaulat di tengah percaturan global.
Badan Ketahanan Pangan Nasional menyebutkan bahwa program One Day No Rice berpotensi mengurangi jumlah kemiskinan dengan mengurangi pasokan beras bagi rakyat miskin. Dengan memperkaya santunan bagi rakyat miskin (tidak hanya pada beras), maka beras yang dialokasikan bisa dibagikan ke lebih banyak rakyat miskin. Bagian yang dikurangi tersebut ditambahkan dengan bahan pangan lain seperti umbi-umbian dan jagung.Provinsi Bengkulu menjadikan program One Day No Rice sebagai solusi dalam menghadapi inflasi. Ternyata banyak ya manfaat dari program #OneDayNoRIce ini, jadi ayo sebagai generasi muda kita dukung program positif ini, Diversifikasi pangan? SIapa takut!


Sumber:
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/950
https://id.wikipedia.org/wiki/One_Day_No_Rice

Kamis, 06 Oktober 2016

Ketahanan Pangan Indonesia


Jika kita berbicara tentang pangan tidak akan ada habisnya. pangan merupakan salah satu dari kebutuhan pokok yaitu sandang ( Pakaian ), Pangan ( Makanan ) dan Papan (Tempat tinggal). Pada tahun 2016 Indonesia menempati urutan ke 71 dari 113 negara di dunia untuk Ketahanan panganya hal ini merupakan kabar baik karena pda tahun 2015 Indonesia menenpati urutan ke 76 ini berarti Indonesia menaiki 5 poin untuk ketahanan pangan. Tetapi apasih arti ketahanan pangan itu sendiri?

Pengertian Ketahanan Pangan
            Menurut  UU No. 18/2012 tentang Pangan. Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah "Kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan".

Permasalahan yang dihadapi dalam Ketahanan Pangan di Indonesia
Berbagai gejolak politik dan sosial juga dapat terganggu ketika ketahanan pangan tidak stabil,Kondisi kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilisasi nasional yang dapat meruntuhkan Pemerintah yang sedang berkuasa. Pengalaman telah membuktikan kepada kita bahwa gangguan pada ketahanan seperti kenaikan harga beras pada waktu krisis moneter, dapat memicu kerawanan sosial yang membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional. Untuk itulah, tidak salah apabila Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangan bagi masyarakat, baik dari produksi dalam negeri maupun dengan tambahan impor. Karena luasnya wilayah geografis Indonesia dan padatnya jumlah penduduk Indonesia, Indonesia membutuhkan logistik yang mudah di akses.

Ketersediaan
Ketersediaan pangan berhubungan dengan suplai pangan melalui produksi, distribusi, dan pertukaran. Produksi pangan ditentukan oleh berbagai jenis faktor, termasuk kepemilikan lahan dan penggunaannya; 
Distribusi pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan, transportasi, pengemasan, dan pemasaran bahan pangan. Infrastruktur rantai pasokan dan teknologi penyimpanan pangan juga dapat mempengaruhi jumlah bahan pangan yang hilang selama distribusi.Infrastruktur transportasi yang tidak memadai dapat menyebabkan peningkatan harga hingga ke pasar global. Produksi pangan per kapita dunia sudah melebihi konsumsi per kapita, namun di berbagai tempat masih ditemukan kerawanan pangan karena distribusi bahan pangan telah menjadi penghalang utama dalam mencapai ketahanan pangan.
 Akses
Akses terhadap bahan pangan mengacu kepada kemampuan membeli dan besarnya alokasi bahan pangan, juga faktor selera pada suatu individu dan rumah tangga. PBB menyatakan bahwa penyebab kelaparan dan malnutrisi seringkali bukan disebabkan oleh kelangkaan bahan pangan namun ketidakmampuan mengakses bahan pangan karena kemiskinan. Kemiskinan membatasi akses terhadap bahan pangan dan juga meningkatkan kerentanan suatu individu atau rumah tangga terhadap peningkatan harga bahan pangan.
 Pemanfaatan
Ketika bahan pangan sudah didapatkan, maka berbagai faktor mempengaruhi jumlah dan kualitas pangan yang dijangkau oleh anggota keluarga. Bahan pangan yang dimakan harus aman dan memenuhi kebutuhan fisiologis suatu individu. Keamanan pangan mempengaruhi pemanfaatan pangan dan dapat dipengaruhi oleh cara penyiapan, pemrosesan, dan kemampuan memasak di suatu komunitas atau rumah tangga.

 Stabilitas
Stabilitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam mendapatkan bahan pangan sepanjang waktu tertentu. Kerawanan pangan dapat berlangsung secara transisi, musiman, ataupun kronis (permanen).Pada ketahanan pangan transisi, pangan kemungkinan tidak tersedia pada suatu periode waktu tertentu. Bencana alam dan kekeringan mampu menyebabkan kegagalan panen dan mempengaruhi ketersediaan pangan pada tingkat produksi                                                                                                   
 Krisis Air Global
Berbagai negara di dunia telah melakukan importasi gandum yang disebabkan oleh terjadinya defisit air, dan kemungkinan akan terjadi pada negara besar seperti China dan India.

 Perubahan iklim
Fenomena cuaca yang ekstrim seperti kekeringan dan banjir diperkirakan akan meningkat karena perubahan iklim terjadi. Kejadian ini akan memiliki dampak di sektor pertanian. Diperkirakan pada tahun 2040, hampir seluruh kawasan sungai Nil akan menjadi padang pasir di mana aktivitas budi daya tidak dimungkinkan karena keterbatasan air.  Dampak dari cuaca ekstrem mencakup perubahan produktivitas, gaya hidup, pendapatan ekonomi, infrastruktur, dan pasar. Ketahanan pangan pada masa depan akan terkait dengan kemampuan adaptasi budi daya bercocok tanam masyarakat terhadap perubahan iklim.
berbagai macam masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia untuk memperbaiki ketahanan pangan Indonesia, salah satunya adalah komoditi pangan di Indonesia bergantung terhadap iklim dan cuaca, selain itu terjadi permasalahan di bidang pendistribusian bahan pangan Stk pangan di sebagian besar di daerah produksi harus didistribusikan antar daerah/antar pulau. Namun tidak jarang sarana dan prasaran distribusi masih terbatas dan kadang lebih mahal daripada distribusi dari luar negeri (kasus pengiriman sapi dari Nusa Tenggara ke Jakarta yang lebih mahal daripada dari Australia ke Jakarta; atau biaya 
pengiriman beras dari Surabaya ke Medan yang lebih mahal dari pada pengiriman dari Vietnam ke Jakarta).

Dengan pertimbangan permasalahan pangan tersebut di atas maka kebijaksanaan pangan nasional harus dapat mengakomodasikan dan menyeimbangkan antara aspek penawaran/produksi dan permintaan. Pengelolaan kedua aspek tersebut harus mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional yang tangguh menghadapi segala gejolak. Pengelolaannya harus dilakukan dengan optimal mengingat kedua aspek tersebut dapat tidak sejalan atau bertolak belakang.  



Langkah yang Dilakukan Pemerintah Dalam Ketahanan Pangan Indonesia
Pemerintah Indonesia pada tahun 2016 yang dipimpin oleh Jokowi ini berhasil merancang berbagai macam rencanan untuk meningkatkan Kethanna Pangan di Indonesia, berikut:

1.      Pengendalian Import Pangan, pada  Juni 2016b permintaan terhadap bahan panganimport mengalamai kenaikan, untuk menekan harga pemerintah kembali membuka klan import.
2.      Pemberantasan Mafia Import, ini merupakan hal yang sering disinggung oleh presiden Joko Widodo dan mengembangkan ekspor pertanian berbasis pengolahan, Indonesia pernah menjadi negara Swasembada dalam sektor pertanian khususnya padi.
3.      Penanggulangan ketahanan petani dan regenerasi, Para petani diIndonesia rata-rata berumur diatas 45 tahun dan jarang ada anak dari petani ersebut ingin meneruskan profesi turun mneurun keluarganya karena mengetahui kesejahteraan petani di Indonesia.
4.      Reformasi Agraria, Pemerintahan Joko WIdodo  menargetkan 1 hektar untuk 1 petani, 1 juta hektar akan di garap di di pulau jawa dan 1 juta hektar di pulau bali dengan rencana ini diaharapkan kesejahteraan petani dapat meningkat, selain itu pemerintahan Joko Widodo juga memperbanyak jumlah TTI (  Toko Tani Indonesia) yang sudah tersebar di hampir seluruh Indonesia sehingga petani dapat menjual hasi pertanianya tanpa proses distribusi yang panjang dan harga diatas rata-rata.



Sumber: http://www.bulog.co.id/ketahananpangan.php
          http://muviza.io/video/rapor-ketahanan-pangan-indonesia/KYenlolUd_o.html
         http://www.wikipedia.co./ketahananpangan